MENGABDI DI LEMBAH
GANJA
Aku adalah camat di pedalaman
Aceh yang sudah 3,3 tahun mengabdi dinegeri penuh sejarah ini, tepatnya Gayo
Lues, Gayo, suku pedalaman Aceh yang masih jauh dari hiruk-pikuk kota.
Mengabdi kepada masyarakat seolah
mendarah daging bagiku, mungkin karena aku masih belajar. Belajar dari
kepolosan mereka, cara mereka menghargai sesama dan riang tawa mereka yang
membahana. Agusen merupakan kampung yang paling jauh dari Ibukota Kecamatan
yang aku pimpin, jarak tempuh hampir 23 km dari kota. Dengan jalan yang
berliku, naik lembah dan turun lembah membuat perut berguncang, namun semuanya
terbayarkan karena disamping kiri dan kanan jalan pemandangan seolah menyajikan
"Its Heaven Man!" alam yang indah luar biasa.
Agusen menjadi daya tarik sendiri
bagiku, selain tempatnya berada dilembah Gunung Leuser, aliran sungai yang
melaluinya menjadi kekayaan tersendiri bahwa hal tersebut patut disyukuri
sebagai nikmat yang tiada tara.
penduduk Kampung Agusen terdiri
dari 4 Dusun dengan jumlah penduduk 755 jiwa dan 250 Kepala Keluarga. Nama
Agusen sndiri diberikan oleh Pemerintahan Belanda karena mereka menginjakkan
kaki pertama kali di bulan Agustus 1920. Awalnya Agusen adalah tempat
pengasingan masyarakat yang terkena penyakit lepra. namun hal tersebut jauh
dari kondisi Kampung Agusen saat ini, masyarakat Kampung Agusen sehat secara
fisik dan mental sat ini.
menjadi menarik di Agusen selain
tempatnya yang indah, kampung ini selalu menjadi incaran berita karena
disepanjang perbukitan yang mengelilinginya tumbuh subur ganja dengan kualitas
nomor wahid. Entah mulai kapan tanaman terlarang tersebut subur tumbuh disana.
Masyarakat Kampung Agusen sangat
mengenal tentang tanaman yang satu ini, bagaimana tidak, ketika saya melakukan
kunjungan ke kampung tersebut tepatnya dilembah malah 27 Ha lahan ganja sedang
dimusnahkan di atas bukit. sempat aku bertanya dengan masyarakat sekitar "berapa
jam perjalanan ke ladang ganja?" mereka menjawab "3 hari tiga malam
Bu" jawab mereka. hal ini seolah menampar aku sebagai camat perempuan, ada
rasa malu dan mengharukan yang menyesak dadaku, ternyata masih ada masyarakatku
mencari nafkkah dari barang haram tersebut. ini tidak lain karena faktor
ekonomi yang kian menggigit. Akhirnya aku berinisiasi dan melakukan self
assessment dengan beberapa rekan, Pak Gunmas untuk mencari solusi Agusen
sebagai focus dalam kajian kami untuk menghilangkan citra buruknya sebagai
Kampung Penghasil Ganja terbesar di Aceh.
beberapa usulan kami mulai dari
pendekatan personal masyarakat tentunya melalui pemerintahan kampung setempat,
tokoh perempuannya dan juga para pemudanya, awalnya mereka kurang
"welcome" jika Kampung mereka akan "diubah". Ganja telah
menjadi komoditi unggulan disana. Namun dengan seringnya aku dan Pak Gunmas
berkunjung kesana, maka munculah ide untuk menjadikan Agusen sebagai kampung
Wisata dan Kampung berbahasa Inggris. Alhamdulillah hal tersebut terwujud
seiring berjalannya waktu Selasa , 22 Maret 2016 kemarin Kampung Agusen telah
diresmikan menjadi Kampung Wisata dan Kampung Inggris di Kabupaten Gayo Lues.
dan Sabtu, 26 Maret 2016 kemarin Agusen ditunjuk sebagai Kampung KB
se-Kabupaten Gayo Lues.
tiada yang tak mungkin ketika
kita mau berusaha dan memiliki niat yang tulus untuk menjadikan sekeliling kita
berarti... ini ceritaku, apa ceritamu?? itu karena aku perempuan
http://www.insetgalus.com/berita?id=Hilangkan_Citra_Buruk_Agusen_Dari_Sarang_Ganja